Guru taman kanak-kanak Budi bertanya kepada anak-anak sekelas, "Berapa satu tambah satu?" merasa yakin dengan jawabannya, Budi hampir tidak bisa diam di kursinya karena melambaikan tangan dengan kalut. Bu Guru akhirnya menyebutkan namanya, dan dengan penuh percaya diri Budi tersenyum dan menjawab "Satu tambah satu sama dengan tiga" Gurunya tersenyum dengan simpatik sambil berkata, "Bukan, itu jawaban yang salah". Sementara itu, anak-anak lain diam-diam menertawakan budi dan seluruh pengalaman tersebut mengubah dirinya. Sekarang, merasa bersalah dan mendapat pelajaran penting, dia berkata pada dirinya, "Jangan berbuat itu lagi! jangan mengangkat tangan lagi!". Jadi dia tidak melakukannya lagi dan sikap ini menempel terus.
Tanggapan apa yang sebaiknya diberikan gurunya yang mengakui usahanya ke arah belajar, tetapi tetap memberitahukan bahwa jawabannya tidak tepat. Sambil tersenyum guru Budi dapat berkata, "Budi, kamu sudah maju sekali! (pujian) tiga adalah jawaban yang tepat untuk satu tambah dua, tapi kita belum kesana. Wah, cepat sekali kamu maju. Jadi, jika satu tambah dua adalah tiga, bagaimana kalau kita mundur sedikit ke satu tambah satu? Apa jawabannya menurut Budi?"
(Bobi de porter dalam Quantum Teaching hal. 29)
Read more...